jump to navigation

Lia Eden Maret 18, 2009

Posted by anditoaja in Agama.
trackback

bunda_penobatan_kerajaan

 

Don’t be satisfied with stories, how things
have gone with others. Unfold
your own myth, without complicated explanation,
so everyone will understand the passage,
We have opened you.

(Jalal al-Din Rumi)

 

Beberapa waktu lalu, aku menerima SMS dari seorang teman di Bandung. Isinya isu aku ditangkap oleh polisi.

Segera aku sowan ke Mbah Google. Benar. Aku ditangkap bersama Ibu Lia ditangkap oleh Polda Metro Jaya dan terancam terkena pasal 156a, tentang penistaan terhadap agama dengan ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun. Sebelumnya, Lia dan aku ditangkap karena telah menyebarkan surat atau dokumen yang berisi pengakuan bahwa dirinya adalah tuhan dan telah menghapus semua agama yang ada di Indonesia.

Tapi itu Andito yang lain. Nama lengkapnya Wahyu Andito Putro Wibisono (usia 46 tahun). Sedangkan namaku Andito, hanya 6 huruf, usia masih 35 tahun. Makanya nama blog dan surelku anditoaja demi menghindar dari duplikasi.

Sambil mengklarifikasi, aku memberikan opini tentang karakter keberagamaan Ibu Lia Aminuddin, terkait komunitas Salamullah/Eden yang dipimpinnya.

Menurutku, pengalaman hidup hakikatnya memperkaya batin setiap orang yang mengalami dan mau mempelajarinya. Pada umumnya, ini terjadi pada orang-orang yang memiliki kondisi hidup yang normal dalam interaksi psikologi sosialnya dan cukup dalam hal kebutuhan material. Mereka yang mengalami suatu kejadian atau fase hidup yang menghujam dan traumatik akan mempunyai karakter dan pemahaman keagamaan yang khas.

Lia Aminudin adalah sebuah kasus yang terungkap dari banyak kasus yang tidak terungkap dan dianggap ‘ganjil’ di masyarakat yang ‘normal’. Aku yakin, dari sekian banyak perjalanan hidupnya yang terekam publik sesungguhnya tersimpan suatu peristiwa hidup yang sangat dahsyat dari sekadar aktivitas formalnya sebagai perangkai bunga.

Himpunan peristiwa hidup tersebut membawanya pada sebuah refleksi yang mendalam. Intensitas pengalaman spiritual yang tinggi berlangsung tanpa disadari atau tidak dihiraukan oleh kalangan sekitarnya. Dalam tahapan-tahapan mistik yang dilihat dan dilaluinya, ia mendapatkan ‘bukti’ tentang posisi spiritualnya yang ia tunjukkan kepada khalayak.

Sayangnya, menurutku, ia tidak punya pondasi filsafat dan logika yang kuat dan sistematis. Apalagi selama proses tersebut ia tidak punya tokoh atau lembaga resmi yang bisa dijadikannya tempat rujukan atau sharing pengalaman.

Sehingga wajar, dalam kondisi masyarakat yang ‘waras’ saat ini, tentu perilaku Ibu Lia menghebohkan, baik bermakna positif bagi yang merasakan karamahnya, dan negatif bagi yang sekadar mendengar isu-isu parsial tentangnya, mereka yang belum pernah mengkaji langsung ajarannya dan apalagi bagi mereka yang berpaham keagamaan puritan materialis ala Wahabi.

Dalam hal ini, aku langsung teringat dengan banyak kisah sufi besar yang dikafirkan oleh masyarakatnya karena keganjilan perilakunya. Dalam masa modern, aku menemukan dalam diri Llewellyn Vaughan-Lee, pemilik the Golden Sufi, sebagaimana yang aku baca dari bukunya “The Face Before I Was Born: A Spiritual Autobiography”.

Llewellyn bercerita bahwa ia sudah mendapatkan pengalaman spiritual yang demikian menyentak sejak usia 16 tahun. Kejadian-kejadian tersebut menjadi alasan bagi orang-orang di sekitarnya untuk menjebloskannya ke rumah sakit jiwa selama beberapa tahun. Setelah ia mulai bisa menata pengalaman-pengalaman mistiknya tersebut, pada musim panas 1995 ia menghadap guru spiritualnya. Katanya, ketika ia mengunjungi gurunya pada musim panas 1995, sang guru menyuruhnya untuk banyak menulis dan ceramah tentang ‘personal spiritual experiences’-nya. Katanya, ‘Until then I had been reluctant to talk too much about my experiences, fearing that the ego might get hold of them.’ Tapi sang guru tetap berkata, “Orders are orders.”

Nah, nampaknya Lia Aminudin mengklaim bahwa pengalamannya tidak berbeda jauh dengan Llwellyin. Bahkan lebih tinggi. Semua yang dilakukannya, menuturkan sebuah rahasia pada masa datang, mengobati orang sakit, menulis puisi, bernyanyi, hingga mencukur seluruh bulu yang ada di tubuh pengikutnya, adalah perintah dari Sang Kuasa.

Aku tidak punya pengalaman mistik seperti Ibu Lia. Tapi aku mendapatkan penjelasan dari seorang kawan yang kebetulan juga murid Llewellyn Vaughan-Lee. Ia juga punya pengalaman mistik yang tidak kalah heboh. Katanya, “Semua hal yang Lia Aminuddin lihat dan rasakan adalah benar, karena aku juga pernah mengalaminya. Memang mahkota, kursi, toga, dan sebagainya yang ia kenakan itu ada di alam sana. Namun ia telah salah menerjemahkan semua simbol yang ia lihat. Menurutku, maknanya tidak seharfiah itu, masih ada yang lebih sesuai.”

Lalu, bagaimanakah sikap kita? Sebagai bentuk emansipasi subaltern, tidak ada salahnya bila kita mengakui kehadiran kelompok-kelompok subaltern semacam komunitas Eden. Tidak perlulah kita sok mengoordinasi kapasitas minoritas mereka untuk melebur ke dalam segala aturan sikap dan perilaku hidup mayoritas.

Secara eksplisit Ibu Lia menyatakan sebuah agama baru, bukan Islam, Kristen, Budha, Hindu dan lain-lain. Sehingga, secara formal tidak ada satu pun agama yang dinistakan.Lalu, mengapa masih ada umat beragama di Indonesia masih marah kepada mereka? Mungkinkah karena mereka sebagai Tuhan tidak merasa pernah mengutus Jibril seperti Ibu Lia?

Aku bukan anggota komunitas Eden. Tapi, melihat kondisi Indonesia yang membosankan seperti ini, tidak salah menjadikan ajaran-ajaran Ibu Lia sebagai alternatif keberagamaan.Okelah sekarang mereka dinistakan, dihina, bahkan dibui. Namun bukankah Nabi Muhammad saw juga mengalami masa-masa intimidasi pada awal-awal dakwahnya? Dulu pun agama yang dibawa Ibrahim, Musa, Muhammad, Yesus juga dipandang asing dan dihinakan. Nah, sekarang pikirkanlah baik-baik, bagaimana seandainya ajaran Lia itu benar? Who knows? Mumpung agama baru, fresh from oven, membernya masih sedikit.

Bila anda take action sekarang, anda punya potensi menjadi sahabat di ring satu. Sehingga 200 tahun mendatang, akan tercetak dalam buku sejarah, “Telah diriwayatkan dari Si Anu, bahwa pada suatu hari pada tanggal, hari, dan jam sekian, di tempat ini, Ibu Lia Aminuddin bersabda…” [andito]

Komentar»

1. OeManK - Maret 18, 2009

“Bila anda take action sekarang, anda punya potensi menjadi sahabat di ring satu. Sehingga 200 tahun mendatang, akan tercetak dalam buku sejarah, “Telah diriwayatkan dari Si Anu, bahwa pada suatu hari pada tanggal, hari, dan jam sekian, di tempat ini, Ibu Lia Aminuddin bersabda…” [andito]”
Yupz… Maksudnya.. barangkali ada yang mau menjadi sahabat nabi gitu… yang dijamin masuk surga, karena bertemu apalagi menjadi teman dekatnya, walaupun dikemudian hari berbohong…. hehehehe

2. mursyd - Maret 19, 2009

Setuju dengan Oemank dan 1400 tahun yang akan datang bisa saja ada buku hadis Sahih yang berisi hadis, “…. sahabat Andito berkata, “Nabi Lia Eden pernah bersabda bahwa barangsiapa yang punya blog seperti punya dia (maksudnya Andito), maka surga dengan seribu bidadari menjadi miliknya, tanpa dihisab!”

:p :p :p

3. Mahavatar - Maret 19, 2009

lia itu ada juga kesalahannya.
tapi kita harus mengkaji.
itu saja yang dapat saya katakan.

4. andito - Maret 19, 2009

Agama Musa sudah tercemar jadi milik orang Yahudi saja. Agama Yesus juga sudah dikapling oleh orang2 bule sehingga wajah Yesus pun lebih mirip artis Hollywood ketimbang bani Israel dan gereja hanya milik orang kulit putih. Agama Muhammad pun menjadi sangat Arabian style. Sedangkan setauku, Muhammad bin Abdullah itu keturunan Ismail bin Abraham, yg imigran di tanah Hijaz.

Dengan banyaknya data error pada kesemua agama tsb, mereka tiba2 datang ke bumi Nusantara, yg konon adalah Atlantis menurut Plato, dengan mengangkut semua perkakas budayanya dan menistakan agama2 lokal berikut kearifan lokalnya.

Tulisan tentang Lia Eden dimaksudkan agar semua pihak merefleksi diri. Boleh saja kita menolak semua ajaran Lia Eden. Namun kita mesti menjaga hubungan kemanusiaan dgn orang2 baik, menurut persepsi subjektifku, semacam komunitas Eden itu. Hingga kini, aku belum pernah dengar mereka mencuri uang negara, menghisap keringat buruhnya, atau berlaku semena2 kpd orang lain. Jadi apa salahnya dengan mereka? Mengapa pula tuan2 yg terhormat di MUI menjadi kepanasan dengan keyakinan mereka? Apakah takut umat tuan digondol mereka? Bila iya, lalu apa saja yg sudah tuan ajarkan kpd umat tuan sehingga mereka mudah pindah ke komunitas Eden? Berarti boleh kan aku tuduh tuan cuma jualan agama?

Sehingga, kalo anda bosan dengan rutinitas dalam agama2 Ibrahimik dan rasionalitas anda sudah mengarah kepada Ibu Lia, bolehlah mencicipi spiritualitas Eden. Mungkin saja lebih cocok. Sehingga aku juga bangga bisa punya teman seorang sahabat dari Nabi Abdurrahman atau Malaikat Jibril. Bangga dengan segala ketulusan hati. Karena sapa tau namaku masuk dalam buku kumpulan hadis mutawatir komunitas Eden.

adit - September 16, 2009

eh lo ko prnyataan ya,kya ya lo lbih mmbela orang kafir di bandingkan islam,jngan2 lo jga trmasuk golongan ya lia eden!mknya lo ngbela lia eden bnget!!!

5. mursyd - Maret 19, 2009

“Dengan banyaknya data error pada kesemua agama tsb, mereka tiba2 datang ke bumi Nusantara, yg konon adalah Atlantis menurut Plato, dengan mengangkut semua perkakas budayanya dan menistakan agama2 lokal berikut kearifan lokalnya.”

Maksud anda? Apakah anda mengatakan bahwa Islam error dan agama2 Nusantara pra Islam itu lebih arif dari Islam?

Make it clear dude!

6. Rukia - Maret 19, 2009

Saya sih terserah aja mau ada beratus-ratus agama baru pun nantinya, baik yang sudah jelas-jelas sesat atau tidak. Bagi saya agama itu hak pribadi setiap orang untuk memilih seperti yang ada di ayat terakhir surat Al-Kaafiruun : “Untukmu agamamu dan untukku agamaku” sebagaimana saya memilih Islam sebagai agama saya. Toh nantinya yang menentukan suatu agama yang dianut seseorang itu salah adalah Tuhan, jadi nggak perlu diributkan kan 😉 lebih baik kita bersiap menghadapi akhir jaman yang semakin dekat dan menyiapkan diri untuk kehidupan akhirat kelak 😉

7. adit aja - Maret 20, 2009

Yg aku bahas adalah agama2 Ibrahimik sbg lembaga keagamaan, yg sudah dicampuri oleh tendensi2 pofan, sama sekali tidak menguliti isi ajarannya yg transenden dan cendrung terbebas dari campur tangan masyarakat.

Isi artikel di atas juga tidak membahas konsepsi teologis Ibu Lia, namun sekadar membahas fenomena sebuah komunitas keyakinan yg dirusuhi oleh kalangan agamawan2 mapan. Jadi, aku tidak singgung bagaimana kelakuan dan ajaran Musa, Yesus dan Muhammad, melainkan klaim kalangan elite agama2 tsb. Aku lebih suka fokus pada bgm perilaku keberagamaan, bukan pada klaim konsep dan simboliknya karena itu sangat menyesatkan.

8. andy wiyanto - Maret 24, 2009

jangan karna ketidaksukaan kita pada suatu kaum menjadikan kita untuk tidak berbuat adil, berbuat adillah, lihat dengan seobjektif mungkin!!

9. Zuriatul Khairi - Maret 27, 2009

Mas Andito, jka Lia bertindak seperti Said Nasr dengan Hikmah Abadinya, mungkin ceritanya lain. Lagi pula banyak hal yang perlu dicermati dari ajaran Lia. Saya setuju perlunya kebebasan beragama dan berkepercayaan, namun secara hukum aspek penipuan dalam kedok agama perlu dicermati, dan sebaiknya aparat bertindak dari sini, bukan karena pencemaran, apalagi pencemaran terhadap agama-agama yang juga sudah tercemar.

10. mursyd - Maret 28, 2009

Memangnya kalangan elit itu meng-klaim apa?

11. greenblackblog - April 10, 2009

Bang Andito… mau nitip ngasih info…. klo mau download software sms gateway yang gratis bisa ngunjungin blog-q

12. Sanca - April 23, 2009

Bang andito, saya mau tanya boleh kan..???

Apa benar Lia itu Mantan Ketum Cabang Ciputat..???

Bales….!!!

atau Bang bisa bales di guest book site saya..!!!!

oia satu lagi, Alamat Blog Bang andito saya simpen di my site ya..???

anditoaja - Mei 9, 2009

salam. wah saya gak tau apa2 ttg background ibu lia.
Kalo kamu berkenan masukkan site ini di dalam site link anda saya ucapkan banyak terima kasih:)

13. azerila - Mei 9, 2009

Tiap-tiap umat mempunyai utusan… (QS. Yunus : 47)

Nah, apakah Ibu Lia itu termasuk utusan, Wallahua’lam 😀

Klo tentang Mbak Astrid yang katanya pernah ketemu para Imam (??) Hmm… (Masih) Wallahua’lam..

14. Chalil - Juni 23, 2009

Buat komunitas ibu lia lanjutkan banyak manusia yg tdk memahami esensi agama.Dulu sebelum ada agama banyak kejahatan,begitu agama itu lahir,kejahatan malah lebih parah,agama tdk ada yg salah yg salah yg beragama tdk pernah memahami esensi agama itu sendiri,agama dijadikan alasan,kedok sebuah kejahatan dan kemunafikan umat manusia demi untk sebuah jabatan,kedudukan,pangkat,harta benda duniawi padahal agama adalah urusan yg sangat pribadi dan menjadi rahasia hamba dengan TuhanNya bukan ketergantungan pada mayoritas dan minoritas trims

15. rhea - Juni 23, 2009

1.kenapa anda menyebut diri anda sebagai nabi terakhir,
sedangkan nabi terakhir tidak lain dan tidak bukan adlah nabi Muhammad SAW.
2.apa yang sudah anda dapatkan dari kenabian anda selama ini?
3.baik atau buruk bagi umat anda?

16. ihsan - Juni 26, 2009

alqur’an bilang nabi muhammad adalah nabi akhirulzaman. masya allah apa lagi yang diperdebatkan kalian apalagi. allah sudah tahu bahwa setelah nabi muhammad banyak nabi palsu yang ingin mengaku2. makanya allah sudah memperingatkan. agar muslim2 yang patuh pada alqur’an tidak mengikuti kemauan2 syetan. gampang saja memahami laqur’an jg dari 1 ayat. pahami semua isinya tiap2 baca 1 ayat dari albaqoroh hingga qulhuwallah dibaca artinya. gampang bukan?
maka dari situ akan tambah keyakinan kita bahwa muhammad adalah nabi dan rosul terakhir. jg dibaca doang ayatnya tapi juga dibaca artinya ok semua

17. abdullah - November 25, 2009

blog sampah, kenapa diperdulikan?

18. jack - Desember 9, 2009

ketika sebuah kata sudah salah terjemah maka akan salah semua dan akan mempengaruhi juga pemahamannya. Yg menjadi dasar permasalahannya kata “Agama” dalam bahasa sansekerta A=tidak Gama=Kacau, dalam Alqur’an Dien terjemahan bhs indonesia agama sedangkan di ayat QS.3:83 kata Dien disandarkan kepada alam. maksudnya akan lebih pas kata Dien Allah dengan arti Sistem Allah. Karna sistem itu tidak pernah berubah sejak dari Allah menciptakan alam semesta ini. Padahal ajaran Adam – Muhammad ajaran dari Allah juga yang error dari manusianya yang menyimpangkan karena perjalanan waktu juga seperti terjadinya siang dan malam sistem Allah juga terjadi masa kejayaan dan masa penderitaan. Yang namanya sistem hanya ada 2 sistem Allah atau sistem manusia. Tidak selamanya sebuah sistem itu berjaya terus utau siang terus. Sekarang bagaimana saudara-2 melihat sekarang ini sistem siapakah yang berlaku atau eksis dan apakah terus eksis masa berlakunya sistem saat ini akan mendekati ajal kehancurannya, trus bagaimana kita mensikapinya siapakah yang membawa sistem Allah ini bangkit lagi. mari kita perhatikan saksikan sama-2 saat ini saat yang penting dimana kita bisa menyaksikan pergantian sistem tinggal dimana posisi kita

19. AgilAja - Januari 1, 2010

Aku setuju dg Andito:
“Setiap orang berhak memiliki keyakinannya… termasuk lia eden” selama tidak merusak ketertiban umum.

20. Wahyu Andito - November 18, 2010

Salam, Bung Andito

Tak sengaja saya melihat blog Anda saat ingin mengetahui berita-berita apa saja yang terjadi saat saya dan Bunda Lia Eden ditetapkan polisi sebagai tersangka dan harus dipenjara pada pertengahan Desember 2008 silam. Karena saya belum genap sebulan berada di luar setelah menjalani penjara selama 22 bulan. Tentu bukan kehendak orangtua kita yang kebetulan memberikan kita nama yang sama, namun niscaya karena Kehendak Tuhanlah kita dipertemukan di dunia maya.

Terima kasih atas tulisan dan tanggapannya mengenai fenomena spiritual yang dialami oleh Bunda Lia Eden. Sungguh hanya kepada Tuhanlah segala penilaian itu terpulang. Semoga Tuhan berkenan memberkati setiap upaya dan jalan yang kita pilih dalam rangka menebarkan perdamaian dan kebajikan di muka bumi ini.

Sekian dulu dari saya. Dan satu hal yang ingin saya sampaikan, waktu saya ditangkap usia saya 26 tahun (bukan 46 tahun…). Jadi tahun ini usia saya 28 tahun, masih lebih muda dan niscaya bung Andito yang lebih tua jauh lebih berpengalaman dalam mengecap asam garam kehidupan.

Semoga Tuhan berkenan memberkati silaturahmi kita. Amin.

Salam

Wahyu Andito
http://www.sebuahpilihan.co.nr

21. Mas Zack - Mei 8, 2015

wajar lia eden nganggap dirinya nabi atau tuhan.. yang aneh itu, ada orang yang mau percaya…


Tinggalkan Balasan ke Chalil Batalkan balasan