jump to navigation

Taaruf April 2, 2008

Posted by anditoaja in Sosial.
trackback

afghan_allure5.jpg 

Tidak ada pacaran dalam Islam. Itu inti dialog Fahri dengan teman-temannya tentang pendamping hidup di film “Ayat-Ayat Cinta”. Beberapa adegan lain di film itu juga mengeksplisitkan hal ini. Dijelaskan, Islam sangat menjaga hubungan laki-laki dan perempuan yang tidak muhrim atau terikat tali pernikahan. Bila kita tertarik dengan seseorang, maka langkah yang dilakukan adalah taaruf (perkenalan), khitbah (lamaran), dan nikah. Benarkah? 

Aku lihat ada pembunuhan karakter tentang pacaran di dalam film “Ayat-Ayat Cinta”, sebuah perilaku sosial yang lazim dilakukan dua arah oleh muda-mudi (kalau orang dewasa: tua-tui). Nilai dan esensi pacaran menjadi negatif dan busuk karena dipraktikkan oleh masyarakat sekuler dan hanya karena ada kejadian satu-dua aktivitas seksual. Tapi bisa juga karena pikiran ngeres aktivis Islam itu, seolah-olah yang namanya pacaran pasti begini-begitu. Intinya, tidak ada pacaran dalam Islam. 

Akhirnya, dengan berat hati, kampanye “tidak ada pacaran dalam Islam” adalah bukti keberhasilan hegemoni patriarkis dengan label agama. Dogma ini mengkondisikan setiap laki-laki dan perempuan mencari “yang lain” di luar arena pergaulan dan aktivitasnya sehari-hari.  

Lihatlah “Ayat-Ayat Cinta” secara seksama. Secara alamiah, Fahri sudah mengenal Nurul cukup lama. Di antara mereka juga sudah mengenal. Bila dicermati lebih jauh, keduanya pun sebenarnya sudah saling suka. Hanya perasaan sungkan dan struktur sosial saja yang menghalangi Fahri tidak bisa “nembak” Nurul secara langsung. 

Di biskota Fahri bertemu Aisha, seorang gadis cantik bercadar. Sekali lagi, gadis cantik. Darimana Fahri tahu? Lihat tatapannya yang tidak berkedip saat melihat mata dan alis Aisha yang indah nian. Membuat seluruh bulu Fahri lemas. Sangat penting dicatat, bahwa Fahri juga tahu Aisha itu blasteran Jerman. 

Saat pertemuan kedua atau ke sekian kali, di sela-sela interview dengan jurnalis Amerika, Fahri memperoleh informasi tidak sengaja bahwa Aisha adalah keponakan dari temannya yang berdarah Jerman. Kebetulan mereka satu guru. Dan, puji Tuhan, Fahri ditawari menikahi keponakan temannya dengan mak comblang guru kinasihnya itu. Maka, adakah kucing sok jaim yang ogah makan umpan di depan mata? 

Seandainya Hanung Bramantyo si sutradara tahu bagaimana praktik taaruf yang terjadi di dunia aktivis Islam, maka ia akan sependapat bahwa taaruf adalah adalah rekayasa untuk mendapatkan istri cantik. Bagi laki-laki, taaruf adalah takdir terindah dalam hidupnya. Ini adalah obsesi memperbaiki keturunan. Sedangkan bagi si cewek, ia seperti membeli kucing dalam karung. Eh salah, membeli kucing dalam karung pun masih lebih bagus. Setidaknya ia tahu bahwa ia sedang membeli kucing yang kerjaannya makan ikan, bukan jualan ayat-ayat suci berlabel cinta. 

Tapi proses taaruf lebih kejam. Cewek ini akan memilih suami seumur hidupnya. Dan dia hanya diberi penjelasan ringkas yang tidak memadai sama sekali untuk sebuah informasi menyeluruh tentang calon suaminya. 

Dalam hubungan dan komunikasi yang manusiawi, laki-laki dan perempuan bisa bertemu secara normal. Sehingga di antara mereka bisa jadi saling mengenal karakter masing-masing secara alamiah. Nurul dan Fahri sudah saling kenal cukup lama, maka tidak akan ada lagi taaruf model di balik tabir atau via pengerahan massa ortu dan handai tolan yang membuat hubungan natural ini menjadi dramatis.

Seharusnya Fahri menikahi Nurul, atau Maria, sebelum menikah atau selingkuh dengan Aisha. Tapi sistem taaruf membuat Fahri terkondisi tidak menikahi Nurul meskipun keduanya saling naksir. Meskipun Nurul anak kyai gede. Meskipun Nurul sudah mulai agresif untuk menyatakan cinta. Kenapa tetap tidak bisa? Karena taaruf memprasyaratkan secara implisit ketidakkenalan kedua belah pihak. Ralat, ketidakkenalan perempuan terhadap calon suaminya. Ini tidak berlaku untuk laki-laki karena ia mempunyai jaringan yang lebih luas untuk menguliti siapa calon mempelainya luar dalam.  

Jadi, setting taaruf seperti tayangan televisi “Akhirnya Datang Juga”. Sang calon istri berdegup kencang menanti siapa yang akan menjadi pasangannya kelak. Bila dapat seperti Brad Pitt, maka ia bisa bersujud syukur. “Oh Tuhan, akhirnya Kau menjawab doaku…” Namun bila ia bertemu Tuan Takur, ia juga bisa bersujud dan bergumam lirih, “Oh Tuhan, inikah mimpi buruk itu??? Berilah hamba ketabahan menghadapi cobaan ini.” 

Maka, tidak heran Aisha terkaget-kaget. Baru sebulan menikah ternyata suaminya bermasalah pidana. Aisha salah memilih karung. Buktinya adalah ucapan Aisha kepada Fahri, “Kita sudah menikah satu bulan. Tapi aku sama sekali tidak mengenalmu!” Tapi tetap saja itu dianggap bukan sebuah kesalahan. Melainkan ujian kesabaran bagi istri.  

Setting taaruf membuat perempuan sulit menolak karena pengkondisian yang membuat dia hanya menjadi manekin yang berhak dipelototi luar dalam. Laki-laki bisa mempermasalahkan wajah perempuan yang tidak cantik. Tapi aku belum pernah dengar perempuan bisa menolak calonnya karena perut buncitnya. Apalagi saat perempuan melihat kondisi umur dan harapan keluarganya. 

Dan adegan taaruf di “Ayat-Ayat Cinta” mudah ditebak. Laki-laki mana sih yang tidak naksir Rianti, eh, Aisha? Lihat saja ekspresi konak Fahri saat melihat wajah dibalik cadar Aisha. Kalau takdir berbicara lain, Fahri bisa bilang sambil menundukkan pandangan, maklum jaim, “Aisha, kutunggu jandamu. Demi syiar Islam…” Dan seluruh kriteria calon istri yang diajukan Fahri bisa berubah kapan pun sesuai kondisi objeknya. Sungguh visual tetap lebih kuat dan bisa mengubah idealisasi awal.  

Agama hadir untuk mengaktualkan nilai-nilai kemanusiaan. Tapi di mana pun agama itu ada, selalu ada rembesan budaya yang mengintil bersamanya. Meskipun nilai budaya tersebut bisa jadi tidak sesuai dengan ajaran agama itu sendiri.  

Cinta tidak bisa dipaksa. Ia tumbuh melalui proses kesadaran, interaksi yang sejajar dan berdialektika. Taaruf merusak komuniksai alamiah itu. Taaruf adalah salah satu peninggalan primitif masyarakat gurun yang masih menjadikan perempuan sebagai ornamen rumah sejajar dengan gorden, piring, dan toilet (baca: bisa diperlakukan sesuka hati: dirobek-robek hatinya, dipecahkan, atau diludahi). 

Dan, “tidak ada pacaran dalam Islam,” adalah sebuah dogma primitif yang menegasikan sisi kemanusiaan kita. [andito]

Komentar»

1. ikhfa - April 2, 2008

hmm, kesimpulannya.. Islam mengajarkan pacaran?

mujahid - Juni 19, 2009

islam mengajarkan pacaran setelah nikah.

2. amuli - April 2, 2008

Tulisannya sudah berkarakter. Teruskan bos! Sinis tapi cerdas.

3. princess tautau - April 2, 2008

hahahaha yang ga taaruf and tetep dapet kucing dlm karung namanye dpt kucing dalam bakwan….

4. ressay - April 2, 2008

sepakat dengan amuli. karakter tulisannya mantaf. Pingin euy.

5. anditoaja - April 2, 2008

pacaran, sebagai sebuah perilaku sosial, adalah netral. Ia bisa bermakna positif dan negatif tergantung maksud dan tujuan tiap pasangan. Tapi kalo taaruf sudah pasti gak netral.

mujahid - Juni 19, 2009

berapa banyak orang yang telah kecewa karena pacaran,pacaran adalah salah satu budaya yahudi untuk menjauhkan remaja2 islam dari agamanya

6. iwan koswadhi - April 2, 2008

anditho memang hebat! dan ia adalah teman saya..!

7. adilla prasetyo w - April 3, 2008

apa bedanya pacaran dengan taaruf?
bagi saya secara konsepsi sama..
tapi definisi pacaran secara fenomena saya sepakat dengan pendapat anda..

8. Landy - April 3, 2008

Lucu pembahasannya postingannya, mengatas namakan islam, saya rasa ini pendapat anda pribadi , Yang harus di ingat hak pilih dan memutuskan ada di tangan wanita, apakah ia setuju atau tidak, ada banyak kasus wanita yang mengadukan permasalahan hal serupa kepada nabi itupun kalau anda mau kaji hadist2 nabi dan bagaimana Islam memuliakan hak wanita tersebut.

Untuk anda ketahui, adik saya melakukannya juga dia hanya 15 menit melihat calonnya setelah itu menentukan tanggal dan adik saya juga memakai cadar, tapi tentunya cadar yang terhormat tidak seperti dalam film ayat-ayat cinta atau gambar di postingan anda yang alisanya terlihat dan seperti melorot. dan dia tidak merasa membeli kucing dalam karung, dan dia sudah 4 tahun membina rumah tangga dan memiliki 2 anak dan alhamdulillah sampai detik ini berjalan dengan baik dan semoga sampai seterusnya.

9. unyil - April 4, 2008

ass, penulis yang hebat, tulisan anda memang saaaaangat bagus tapi sayang tidak berenergi. sy termasuk orang yang tidak sependapat dengan apa yang penulis tuturkan. sudah sangat jelas dalam islam tidak ada pacaran. penulis yang pitar coba anda ingat sudah berapa banyak wanita yang tersiksa akibat pacaran alias apa bila dua insan manusia sudah saling mencintai berlebihan, maka semakin hari akan semakin besar cintanya sama pasangannya apabila sudah sangat besar legamlah hatinya kalau sudah legam maka rasa malu akan hilang. kalau sudah hilang rasa malu maka apapun yang diminta sang pacara dia akan menurutinya.
taaruf adalah salah satu cara bertemunya dua insan yang memiliki keiinginan yang keputusannya tergantung pada kedua insan tersebut apabila cocok maka lanjut kejenjang pernikahan kalua tidak cocok maka mereka harus memperkuat ukhuah.jadi tidak ada penbunuhan hak asasi disini.
tp semuanya tergantung perspektif masing-masing kalua ada mengiinkan pacaran pacaran saja sampai menemukan kerugian tp kalau sudah menemukan kerugian cepatlah bertaubat. Allah memberikan kita dua jalan kebaikan dan kejahatan serta fujur dan takwa maka gunakanlan pikiran ada dengan sebaik-baiknya.kalau boleh jujur pacaran atau taaruf bukan jalan menuju kebahagian tapi iman dan takwalah kunci semuanya oleh sebab itu jalankanlah perintahnya jauhi larangannya.saya sarankan kajilah kembali ajaran-ajarn islam secara baik dan benar.

10. feri - April 5, 2008

fikiran bodoh yang anda ungkapkan…..
anda seperti dari perspektif anda sendiri, memng orng seperti anda yang sok tahu, tnpa menelusirinya kembali

11. tanfidz - April 7, 2008

taaruf bukan proses pemilihan kucing.karena di dahului dengan keyakinan.ia merupakan proses saja.dan jika anda mengambil contoh lewat film aac sangat jauh dari nilai2 itu…

12. yunitae - April 8, 2008

Jadi heran kenapa ya orang suka nonton AAC?bagusan naga bonar jadi 2,heeee

13. rinisite - April 9, 2008

taaruf perlu diperdebatkan, meskipun mengerahkan orangtua sebagai unsur “jaminan” dalam mencari pasangan hidup. tetap saja yang menjalaninya adalah sang anak yang akan meniah tersebut. bukan orang tua.
pacaran boleh hanya saja batas normal

14. Rama Riyadi (HMI Cab. Subang) - April 9, 2008

Jujur aja, tulisan-tulisannya abang bener…..cerdas, juga sesuai dengan realita yang ada.

15. ahmadsamantho - April 14, 2008

Andito, andito daripada mikiran hubungan cinta orang lain, lebih baik pikirin dan benahi hubungan cintamu dengan beberapa wanita yang kamu cintai itu. he he he sorry, BTW analisisnya cukup asyik, walaupun belum tentu benar dalam memahami dan mendefinisikan konsep ta’aaruf. Gue juga pake ta’aruf 1-2 bulan sebelum melamar istriku yang satu-satunya itu, (he..he.. sekarang sih maunya sih lebih dari satu biar lebih banyak amalnya, tapi kemampuan finansial dan psikologis-spiritnya belum kesampaiaan, jadi ya syukuri aja yang ada. Kan katanya, kalau kita bersyukur kepada-Nya, maka Ia akan menambahkan nikmat-Nya kepada Kita, Amin,)

16. defi - April 24, 2008

PUJI TUHAN??!!!Cermati lagi kata-kata anda mas anditoaja??!!Anda bukan muslim dan mencoba merusak tatanan yang Islam gariskan………Semoga Allah selalu merahmati Anda!!! Bukan tulisan yang mendidik, tulisan yang membodohi dan menjerumuskan…..tolong jangan rusak agama kami dengan tulisan anda yang “konyol” ini.Pesan saya, pelajari baik-baik sebelum menuliskannya menjadi sebuah artikel yang dibaca banyak pihak…Wassalam

17. MaxZ - April 26, 2008

uh-uh…
jujur deh!!!

poin 1
jaman sekarang mana ada pacaran yang tidak begini-begitu?
NONSENS!!!
makanya islam ngelarang pacaran, and jadilah taaruf sebagai jalan…

poin 2…
praktik taaruf terkoordinasi yang ada dan kayanya jadi semacam trend saat ini juga belum sempurna, ada beberapa kasus, dimana guru/murobi yang mengenalkan mempunyai kendali atas jadi-tidaknya pasangan yang bertaaruf itu nikah, bisa dibilang restu guru > restu ortu…

poin 3
saya sendiri belum nonton ayat2 cinta…
tapi mungkin tidak bakal nonton
kenapa?

film cinta yang mengatasnamakan islam itu bukan film islam
klo niatnya nonton film islam seperti yang digembar-gemborkan malah bakal kecewa…

sekian

18. damartriadi - April 28, 2008

Lumayan kontroversial, tapi bagus…. Two Thumbs up!!

Ta’aruf bisa bagus bisa buruk, sebagaimana pacaran juga bisa bagus bisa buruk. Dan saya cenderung setuju sama Andito yang menyerang klaim bahwa “Ta’aruf” lah yang Islam…..dan Islam tidak mengenal pacaran. “Ta’aruf”, sebagaimana “pacaran”, adalah produk budaya. Dan budaya bukan agama, sebagaimana agama bukan budaya. Dan agama yang bisa mencakup seluruh alam dan jaman, harus mencakup semua budaya, kecuali ada hal khusus dalam budaya tersebut yang bertentangan dengan syariat. Misal: “tradisi makan babi dan minum khamar untuk memperingati kelahiran dewa Kesuburan di pergantian musim dingin ke musim semi”.Kenapa “Pacaran” bertentangan dengan Islam? Apakah karena adanya kepastian bahwa pacaran bertentangan dengan syariat? Atau dengan kata lain, apakah mereka yang mengharamkan pacaran itu bisa MEMASTIKAN bahwa yang namanya “Perzinahan” itu pasti terjadi dalam pacaran? Tolong dijawab secara simple, gak perlu pake penekanan statistik, atau argumentasi trend pergaulan, dst.
Oh ya, tuh ada yang kasih komentar berkaitan dengan ungkapan “Puji Tuhan!” Andito, seakan-akan bahasa Indonesia khusus dua kata tersebut hanya pernah, boleh, dan dapat digunakan oleh non-Islam. Padahal buka aja kamus, apa artinya “Alhamdulillah”?? Atau Islam kudu pake bahasa Arab??

Aduh…capek deh liat sakralisasi budaya suatu bangsa dengan merger ke agama.

19. benny - Mei 24, 2008

andhito hebat?? ya hebat membual ^_^
sudah jelas taaruf aman dari dosa dan bukan membeli kucing dlm karung sprti pandangan org primitif melihat Islam.
sebelum taaruf, kita bisa melihat data diri dan wajah si calon, jadi bukan membeli kucing dalam karung BOZZ…
kalo tdk cocok bisa tidak jadi. Coba bandingkan dgn pacaran, korban perasaan, korban waktu, korban materi, korban segalanya..
kalau ga jadi, sakit hati. Itulah pacaran
kalo dlm taaruf, tidak ada sakit hati BOZZ..
OK

^_^

20. bunny - Mei 24, 2008

tentu saja kalangan non Islam menolak taaruf, karna buat mereka tdk dikenal itu yg namanya taaruf, yg mereka tau hanya pacaran, padahal pacaran itu banyak negatifnya daripada positifnya
masih mikir juga boZZ..
ntar rontok tuh rambut ^_^

21. anditoaja - Mei 26, 2008

Taaruf dan pacaran hendaknya tidak perlu didikotomikan. Bagiku, taaruf [arabic] = pacaran [indonesia], bisa dipahami/dijalani secara negatif/positif. Daku punya banyak teman yg lama pacaran, setelah menikah semakin harmonis. Tp daku juga punya teman yg setelah nikah jadi brantakan.

Demikian pula dengan taaruf. Daku punya teman yg setelah nikah semakin harmonis. Tapi ada juga juga teman yg menikah setelah taaruf, ngidamnya adalah selalu muntah tiap wajah suaminya.

Bagi pembela pacaran, tentu dalam batas2 yg wajar sesuai dengan harapan rekans Muslim ttg hubungan pria-wanita, putusnya hubungan/keluarnya uang tidak masalah. Lebih baik rusak/putus/sakit hati sekarang di saat bebas daripada sakithati setelah menikah.

Dalam kultur timur, banyak wanita yg memendam sakithati kpd suaminya tp ditahan2 karena sudah kepalang tanggung menikah dan punya anak. Sedangkan saat masih pacaran, kalo udah gak cocok ya putus saja.

22. Mohammad Reza - Juli 21, 2008

comments disini bisa habis dengan hujatan nich bang.. bahaya..
harus banyak-banyak berlindung ma Tuhan dari cobaan hujatan orang nich 🙂

23. Ita Aryani - Agustus 26, 2008

Qa Suka banget dengan pembahasan tentang taruf, tp ya mau gimana lagi coz pacaran dimasa sekarang sudah tradisi bagi para remaja putra putri, jd intinya taruf susah diterima bagi anak-anak muda sekarang. . .

24. akhwat lampung - September 18, 2008

maaf,kalau anda memang seorang muslim seharusnya anda tidak berfikir sesempit itu,saya rasa hanya orang-orang yang bodoh saja yang mempertahankan tradisi konyol seperti halnya pacaran. dan yang perlu anda ingat,,,,,,, islam bukan pengekang tetapi islam adalah kesempurnaan yang berpola dan juga selalu menjaga kehormatan semua manusia……
lebih baik anda diam dari pada tidak tahu sama sekali…………
ingat……….mendekati zina saja tidak boleh apalah lagi pacaran…………naudzubillahiminzalik………….sungguh azab ALLAH SWT itu sangat pedih…………tolong anda ingat mati…..ok.moga ALLAH beri anda hidayah sehingga tidak sembarangan memberikan opini yang tidak jelas dalilnya………….

25. brey - Oktober 4, 2008

Assalamu’alaikum..
Hai bang andito dan sgenap jajaranny?!!

Punten pisan nya’,,
urang arek nanya ka maneh,,

#1. “pacaran” yg anda maksud itu seperti apa sih kok seolah2 bisa mengalahkan kesempurnaan ta’aruf, PACARAN kan TIDAK DIANJURKAN dan TIDAK ADA dalam ISLAM..!!

#2. Bisa ga anda menjamin orang yg “pacaran” mnurut anda tidak pernah sama sekali (sbagai contoh kecil) pegangan tangan..?! (ehm..2 pandangan mata karena syahwat aj dah zina lho..)

yg jelas..!! trlepas dari atas dasar melihat film AAC ato film yg lain,,

Hrap di dtinjau kmbali n dtanyakn dgn orang yg lebih tau,,

APA ARTI TA’ARUF YG SEBENARNYA..

Anda mungkin merasa benar dangan pendapat anda,, tapi ISLAM bersifat Kaffah,, benar menurut anda apakah bisa diterima sesuai syariat,,

salam damai..
Wassalamu’alaikum

26. YUlia - Oktober 10, 2008

Ta’aruf…
Insyaallah saya akan melaksanakan Ta’aruf, karena saya yakin apapun yang saya dapatkan adalah yang memang hak saya,,
Allah SWT tidak akan menukar takdir tiap Umant-Nya dan tinggal gimana kita saja yang meyakini apakan Ta’aruf atau Pacaran yang memang akan menjaga kita dari jilatan Api Neraka…
Tapi kita Mesti Membaca Buku yang Isinya Tidak akan Berubah sampai kapanpun yaitu AL-QUR’AN karena apapun yang ingin kita ketahui pasti ada jawabannya didalam AL-QUR’AN…
Subhannallah,,,

27. puspa tak berdaya - Oktober 27, 2008

kalo pikiran udah kotor, segala teks yg tidak akrab dengan kultur kita pasti akan disalahkan.
pacaran yg saya maksud ya tanpa pegang tangan, tanpa lihat2an nafsu, apalagi yg lebih dari itu.
kalo telponan atau surat2an juga selalu ada orang ketiga yg tau isi obrolan kita di telp dan membaca semua surat. tidak boleh ngobrol atau pergi berduaan, apalagi lebih dari itu.
karna anda doyan istilah arab, smua proses di atas dinamakan taaruf.
sepakat cintaku? 😉
daku salut islam anda yg kapah 😀

28. muzadi - Oktober 29, 2008

tolong yang komentar gak cocok Islam..walaupun KTPnya Islam jangan sok pinter/ berfikir tolol,hanya orang-orang yang kafir saja yang mempertahankan tradisi konyol seperti halnya pacaran.,,,,,,, islam bukan pengekang tetapi islam adalah kesempurnaan selalu menjaga kehormatan semua manusia……
lebih baik anda diam.. dari pada tidak tahu tapi sok tahu…
moga ALLAH beri anda hidayah sehingga tidak sembarangan memberikan opini yang tidak jelas dalilnya…yen gak terimo muga u mati di tabrak truk..gek tahu rasa…malaikat tantang aja..kepalamu ben remuk..

29. Yayip - November 3, 2008

he setan(andito) lo kagak ngarti n bdoh,msa agma didefinisikn dr film sih? Gw ga tau agma lo apa yg jlas lo ga pnya iman.islam tdk prnah memaksakn sesuatu apapn kcuali ia myakininy slain tu islam tdk memksakn plihan kpd umat ny,artny umat islm bebas mlih jlan,mo jln ke neraka atw surga smua ny sdah tertuang dlm al quran tnggl dikaji dbaca lalu diamalkn.goblok lo dsar bkin emosi gw aj.

30. makhluk tuhan - November 12, 2008

Ya Allah.. berilah hidayah pada orang ini. Kasihan dia Ya Allah, berjalan dalam kegelapan dan tidak tahu bahwa dirinya sesat.

31. Nawang Kusuma ANggraeni - November 26, 2008

Taaruf…Saat ini aku lagi bimbang, seorang cowo yang baru aku kenal saat ini sedang melakukan pengenalan terhadap aku dan keluargaku, Dia sempat terucap bahwa ia ingin taaruf thd aku.. Pertama dalam hidup aku alami seperti ini, aku ingin segala sesuatunya lancar tanpa ada batu sandungan. Gemana yach menurut temen2 yang lain??? Kasih pendapat dong….

Sweet Regars
Nawang

32. salsabila - November 28, 2008

maaf..
Saya cuma mau bilang satu hal aj..
BELAJAR N KAJI DULU ISLAM YG BENER.
Baru kasih satu opini/pandangan yg cerdas, jgn nyesatin gini dunk artikel@..
BELAJAR YG BENER DULU YA MAS..^

33. najwa - Desember 3, 2008

Utk Nawang:

Akses cewe u/ dpt info cowo terbatas. Itu harus diakui. Kcuali cowo itu temen 1 skolah/kuliah/tmpt kerja shg kmu tau bgm sikap+prilakunya sehari2. Klo cowo itu mmg srius, tentu dia jg ga kebrtan mengenalkan keluarganya pdmu, jg membuka diri seluas mgkn. Harus diingat, yg namanya kemasan bs tidak ssuai isi. Spt bunyi disclaimer pd umumnya: isi diluar tanggung jwb percetakan.

Byk cewe yg sudah ckp terpesona dgn tampilan baju koko, jenggot n untaian ayat dr cowo. Tp kan berumahtangga ga sekadar mendengar murotal. Dgn kemasan itulah byk cowo ‘alim’ memperdaya cewenya.

Ini bukan menggeneralisir. Pasti byk juga cowo yg mmg bnr2 alim-soleh-baik-Tp memikirkan kondisi terburuk boleh n sah aja kan? Bukankah kita tau bhw ada cowo yg tampilan di publiknya sopan, tp pas dirumah brbh jd mahluk yg suka bicra kasar, bhkan suka mukul?

Jadi, teliti dl sblm membli. Karna barang yg sdh dibeli tidak bisa dikembalikan…

34. Abas - Desember 9, 2008

Barangkali beberapa agama sudah tidak mampu mengendalikan umatnya dan takut ditinggal sendirian. Jadi kalau perlu kitab sucinya bisalah disesuaiakan. Mungkin mas anditoaja perlu sempatkan baca sejarah2 agama (dengan sumber yg benar).

35. NooR - Januari 10, 2009

Mau Ta’aruf kek, Mau Pacaran kek, Mau Roti Aruf kek, Mau Bakwan kek, yang aq tahu manusia tidak pernah bisa lebih pintar dari Tuhan titik gak pake koma

36. MasJOKO - Januari 13, 2009

Sian bnget andito. Membela pacaran yg seperti membeli buah jeruk. Dicoba dulu kalau enak baru dibeli. Kalau tk enak dikembalikan. Walhasil jdnya jeruk tdk perawan lg.
Seperti fikiran org amerika saja.
WSM

37. nana - Februari 3, 2009

tolong beri saran saya yang tidak mengerti ini.
bagaimana cara berhubungan baik dengan mantan istri/suami demi anak dari hasil pernikahan pertama, tapi dengan tidak menyakiti perasaan istri/suami yang kedua?

38. CHU - Februari 7, 2009

AKU G SETUJU DENGAN PENDAPAT ANDA!!!!!!!!!!!

SEGALA YANG DIPERINTAHKAN ALLAH ITU BAIK DAN SEGALA YANG DILARANG ITU TIDAK BAIK…..

ISLAM melarang PACARAN karena LEBIH BANYAK MUDHOROT SEPERTI mendekati zina…ZINA hati, telinga, mata juga BISA sampai yang beneran.
HATI-HATI DENGAN TULISAN ANDA KARENA YANG kamu lawan adalah ALLAH SWT

selamat belajar kembali

39. riza saja - Februari 27, 2009

sebuah tulisan yang tidak mengakar saya rasa. Sedikit saja diguncang angin, bakalan roboh logikanya. Bung Andito menyandingkan dua masalah yang tidak sepadan. Saran saya, sebelum menulis, fahami dulu topik yang ingin anda tulis. Dan, maaf, saya tidak tahu apakah Anda muslim atau bukan…

Salam kenal dari saya,
Riza, Nanggroe Aceh Darussalam

40. girboks - Maret 1, 2009

Wuih.

Saya coba bandingkan dengan blog lain yg dkelola oleh org2 yg trmasuk kdalam tmn2 “harakah” (yg selalu maksa pake nama Allah segala) gtu.. Saya liat blog mas anditoaja ini lbh mengapressiate brbagai comment. Klo yg lain ( msh harakah finnar ), comment2ny klo gk sjalan, gk bkalan diposting deh..

Cuma beda istilah aja y, antara “pacaran” dan “ta’aruf”.. Comment2 yg bermunculan, klopun menghujat, selalu memakai konotasi negatif dari terma “pacaran” dgn merujuk kpd realitas pacaran yg gtu2an, lbh mendkati mksiatlah, dll.

Cob tanya ibu bpk kalian, dia make sistem pacarn atau “ta’arufan”, nah lo.. sdngkan untuk “ta’aruf”, sebisa mungkin ( kdang terkesan maksa pula ) diagung2 khan, sehingga terkesan suci-lah, lbh afdol-lah, lbh diridhoi Allah, dll.. ahh,

Mas anditoaja membalik posisi itu. Dgnnya, mas anditoaja, merubah kesan itu, dgn memunculkan citra negatif thd term “ta’aruf”, yg ktanya sprti mbeli kucing dalam karung pula.. Dasar gila ( dua2ny, baik pnulis maupun tman2 “harakah” finnar )..

Foucauldian bgt mas..

41. hamba ALLAH - Maret 8, 2009

saudara andito, cobalah untuk berpikir terlebih dahulu, baru berbicara, berbicara harus dilandasi dengan bukti2 kuat, jgn smpai anda hanya asbun (asal bunyi), atw jgn sok pede berbicara yg sejatinya anda belum tau dengan baik………

42. erni - April 2, 2009

kalau saya tak salah menyimpulkan, sepertinya terjadi “pencemaran nama baik” terhadap kata pacaran (bener ya Dit..)

adakah orang yg cukup iseng mencari siapa yg awal mulanya mencemarkan nama baik kata pacaran ini…
dan, ada jugakah orang yg cukup iseng untuk merehabilitasi nama baik kata pacaran…..
setidaknya mendudukkan persoalan pada tempatnya

lagipula, antara pacaran dan taaruf, bukannya itu cuma beda nama dan istilah, atau edisi terjemahan…

43. Sandra Oemar - April 5, 2009

Kunjungi Kami Media Dakwah Islam dari Cirebon,

44. read one - Mei 29, 2009

nih dia pacaran islam
yang pria pake peci yg perempuan pake kerudung,sebelum masuk rumah bilang assalamualaykum,masuk rumah pacaran ditemani orang tua,g boleh bduaan,g boleh pegang2an,trus dmulai dengan basmalah,ceramah oleh calon mertua, diakhiri dengan doa n hamdalah
setuju?klo g stuju taaruf aj dech

45. Kharisma Al-jaelani - Juli 6, 2009

aduuuuuh jadi ngebet neh pengen cepet punya pacar abis nikah

46. H Wahidi - Juli 8, 2009

Yg mas Andito sampaikan mengindikasikan “pemikiran otak kiri”. Islam mengajarkan keseimbangan otak kanan – kiri. Seringkali dalam Islam peran otak kanan akan sangat kuat tatkala menghadapi ranah keyakinan. Yakin dulu baru berfikir semampunya (fitrah keterbatasan manusia). Yakin adalah mutlak.

47. Gandhi Wibisono - Agustus 27, 2009

Utk Andito yang tidal lain adalah “simpatisan” J.I.L.. Redamlah logikamu.
Gunakanlah Aqalmu.

Logika Tidak Akan Bisa Dijadikan Sandaran utk mengetahui kedalaman (Esoteris) Ruh Islam, krn itu Allah SWT menciptakan dan menitipkan 3 mahluk kepada SELURUH manusia yaitu Syahwat(Hawa),Qolbu,dan Aqal.

Seperti Ilmu filsafat yang anda gemari selama ini yang bagi saya hanya dapat diposisikan pada level kemanusiaan saja, yang selalu mempertanyakan dan selalu mempertanyakan ini dan itu. Sehingga hukum yang telah diturunkan oleh Tuhan kita menjadi kabur dari segi esensinya dan telah memakan korban yang sebagaian besar adalah kaum “awam”. Itulah salah satu produk dari hasil Filsafat yang anda pelajari. Ingat “Iman adalah tanpa pertanyaan”.

Maka rendamlah nafsumu(ego) kedalam lautan yang dalam dan dingin, dan angkatlah Syahwat,Qolbu,dan Aqal agar anda menjadi Ulil Albab..

Saran bwat andito: Carilah dokter jiwa (wali mursyid) untuk mendidik syahwatmu agar lurus, dan tidak bengkok seperti tulang rusuk Adam yang mana Hawa telah diciptakan darinya.

Oh iya denger-denger bang andito penggemar mystic dan tasawuf juga ya..? tapi kok pemikirannya begitu sih..!!

Asslm..

48. bahrie - Desember 28, 2009

aku nasehatkan kepada penulis ni ya..jangan ngawur kalau menyimpulkan sesuatu. dalam islam tu kesucian pemeluknya sangat dilindungi terlebih kesucian hubungan antara laki-laki dan perempuan…!jadi islam itu sangat menghormati kesucian kaum wanita maka dari itu tidak ada yang namanya pacaran dalam islam …..karena pacaran pasti ….ada tindakan2 yang dilarang agama yang dilakukan oleh keduanya…

49. wwwdww - April 1, 2011

apakah anda orang paling pintar didunia ini?, coba anda tafsir ayat Al-Quran dulu baru menghafalnya 30 juz, kemudian hafal hadis lu’lu wal marjan,, dengarkan kepada saya,, baru saya yakin pendapat anda bukan sekedar pemikiran kosong… anda tahu tajwidnya surah an-nas? anda sudah pintar baca taawudz? mad-mad apa saja yang terkandung dalam taawudz? anda paling fasih dalam berbahasa arab? anda memiliki IQ diatas 200? anda dapat menerjakan soal soal matematika olimpiade ? jadi inikah alasan anda menyombongkan diri dengan otak anda yang hanya seperti ini? anda sudah yakin setan tidak mempengaruhi pendapat anda? mana dalilnya dalam al-quran dan al-hadis kalau pacran dibolehkan? sudahkah anda sholat?
kapan anda akan meninggal dunia? apa tujuan anda HIDUP???????? anda akan tua renta 40 tahun mulai sekarang. apakah ada orang jaman sekarang hidupnya lebih 200 tahun? pikirkan lah dalam sedetik semua pertanyaan ini jika anda lebih pintar dari sang pencipta. tidak bisa kan?
anda merasa marah? karena memang kita hanya manusia yang penu h dengan kekurangan.

50. al ikhwan - Mei 7, 2011

ya betul tuh,,,,,,,,,,,,mangnya anda mondok dimana,,,,,,,,,,yang mengajarkan kalo dalam islam ada hal pacaran,,,,,,,,,,kalo anda beriman pada Allah dan Rasullnya maka ikutilah apa yg Allah perintahkan dan yg Rasull sunnahkan………..


Tinggalkan Balasan ke adilla prasetyo w Batalkan balasan